Hanya Hamba Allah SWT

Sabtu, 05 November 2016

MAKALAH AL-QUR'AN DAN WAHYU



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an, Wahyu dan Nuzulul Qur’an adalah merupakan tiga kata yang tidak bisa dilepaspisahkan antara satu sama yang lain sebab Al-Qur’an itu sendiri adalah merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada NabiNya Muhammad SAW.Sedangkan wahyu adalah merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada NabiNya sesuai dengan kebutuhan. Wahyu adalah merupakan Kalamullah itu diturunkan secara berangsur-angsur kepada NabiNya melalui perantaraan Malaikat Jibril alaihissalam.
Oleh karena itulah maka kata Al-Qur’an, Wahyu dan Nuzulul Qur’an adalah merupakan tiga kata yang saling berkaitan erat antara satu sama yang lainnya dan di antara ketiganya tidak dapat dilepaspisahkan, namun tetap dapat dibedakan satu persatunya. Untuk mengenal lebih jauh kami akan menguraikan dua hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa definisi Al- Qur’an dan Wahyu ?
2.      Bagaimana cara Wahyu diturunkan ?
3.      Bagaimana hikmah Wahyu diturunkan secara berangsur-angsur ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan Pengertian tentang Al-Qur’an dan Wahyu;
2. Menjelaskan tentang cara diturukannya Wahyu;
.3. mengetahui hikmah wahyu yang diturunkan secara berangsur.


D. Manfaat Pembahasan
Adapun manfaat yang diharapkan adalah makalah ini dapat menambah wawasan untuk penulis dan pembaca serta dapat memberikan dan menambah  pengetahuan tentang beberapa hal yang menyangkutAl-Qur’an dan Wahyu” dari mata kuliahStudi Al-Qur’an.Semoga pengetahuan yang diperoleh benar-benar menjadi jendela ilmu untuk kita.


    
        BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah “mashdar” yang diartikan dengan isim maf’ul, yaitu maqru’ (yang dibaca). Pengertian secara bahasa ini tidak disepakati sepenuhnya oleh para Ulama sebab sebagian ulama menyatakan bahwa Al-Qur’an bukanlah timbul dari kata-kata apapun, melainkan dia adalah nama khusus bagi “Kalamullah yang diturunkan kepada NabiNya Muhammad SAW sebagaimana halnya nama yang diberikanNya untuk kitab suci : Taurat, Zabur dan Injil”. Bila dibaca “Qur’an” (tanpa al di depannya) memang berarti nama bagi segala yang dibaca. Sedangkan ‘Al-Qur’an” hanyalah tertuju kepada firman Allah yang diturunkan dalam bahasa arab itu.
Al-Qur’an menurut istilah, banyak sekali dikemukakan oleh para Ulama, dimana antara satu sama yang lain saling berbeda, namun tetap ada unsur persamaannya. Pengertian Al-Qur’an secara istilah tersebut antara lain adalah :
1.  Al-Qur’an adalah Kalamullah (Firman Allah) yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir, dengan perantaraan Al-Amin Jibril as. yang tertulis dalam mushaf, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang dianggap sebagai ibadah membacanya, yang dimulai dengan Surat Al-Fatihah dan ditutup dengan Surat An-Nas.
2.  Adapula yang mendefinisikan sebagaimana disebutkan dalm kitab Muzakkiratut Tauhid wal Firaq bahwa Al-Qur’an adalah lafal berbahas arab yang diturunkan kepada pemimpin kita Muhammad SAW yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang dianggap sebagai ibadah membacanya, yang menentang setiap orang untuk menyusun walaupun dengan (membuat) surat yang terpendek dari padanya, yang dimulai dengan Surat Al-Fatihah dan ditutup dengan Surat An Nas.
3. Definisi lain menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah perkataan yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam mushhaf, yang disampaikan dengan mutawatir, yang dianggap sebagai ibadah membacanya.
Dari ketiga definis tersebut dapatlah diperoleh kesimpulan bahwa unsur-unsur untuk menentukan apakah sesuatu itu disebut Al-Qur’an atau bukan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Al-Qur’an itu haruslah firman Allah.
2. Al-Qur’an itu haruslah berbahasa arab, apabila tidak ditulis dan dilafalkan dengan bahasa arab maka itu bukanlah disebut Al-Qur’an.
3. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir dan yang dibawa oleh Malaikat Jibril.
4.Al-Qur’an itu haruslah diterima dari orang banyak kepada orang banyak(berangsur)
5. Al-Qur’an itu haruslah yang tertulis dalam mushaf (Usmany), selain dari itu tidak disebut Al-Qur’an.
6. Al-Qur’an haruslah bersifat memberikan tantangan kepada siapapun yang berkeinginan hendak menandinginya. Artinya Al-Qur’an itu adalah tahan uji, tak dimungkinkan bisa ditandingi, dan tak mungkin terkalahkan.
7. Al-Qur’an dimulai dengan Surat Al-Fatihah dan ditutup dengan Surat An Nas.
8. Al-Qur’an itu adalah berpahala bagi yang membacanya, bukan seperti bacaan-bacaan yang lainnya.
B. Cakupan kandungan Al-Qur’an
Secara garis besar, kandungan ayat-ayat al Quran dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
Ø  Ayat-ayat yang berhubungan dengan keimanan, baik iman kepada Allah, malaikat, kitab kitab Allah, rosul-rosul Allah dan hari akhir. Atau dapat dikatakan kandungan yang pertama adalah pembahasan ilmu kalam (tauhid) dan ushul Al –dien.
Ø  Ayat-ayat yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan hati, seperti mengnajurkan bberakhlak mulia. Atau dapat dikatakan kandungan yang kedua adalah pembahasan akhlak.
Ø  Ayat-ayat yang berhubungnan dengan pekerjaan anggota badan seperti perintah-perintah, larangan-larangan, pilihan-pilihan. Atau dapat dikatakan kandungan yang ketiga adalah pembahasan fiqih
C.  Pengertian Wahyu
Pengertian “Al-Wahyu” dari segi bahasa adalah mashdar dari kata kerja : Wahaa – Yahii – Wahyan. Ada beberapa arti dari kata Al-Wahyu, yakni memberi isyarat, mengirim utusan, berbisik-bisik, berbicara pada tempat tersembunyi yang tidak di ketahui orang lain.
Menurut penelitian para ahli, ada 70 kali kata-kata Al-Wahyu itu disebut dalam Al-Qur’an. Dari beberapa ayat diperoleh makna dari Al-Wahyu itu, sebagai berikut :
1. Al-Wahyu berarti ilham sebagai bawaan dasar manusia seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa, sebagaimana tertuang dalam Surat Al-Qashsash (28) : 7.
2. Al-Wahyu berarti ilham yang berupa naluri pada binatang seperti wahyu kepada lebah, sebagaimana tertuang dalam Surat An-Nahl (16) : 68.
3. Al-Wahyu berarti Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode seperti isyarat Zakaria yang diceritakan Al-Qur’an pada Surat Maryam (19) : 11.
4. Al-Wahyu berarti bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia, sebagaimana pada Surat Al-An’am 21) : 121.
5.  Al-Wahyu berarti apa yang disampaikan Allah kepada Malaikatnya berupa sesuatu perintah untuk dikerjakan, sebagaimana pada Surat Al-Anfal (8) : 12.
          Dari segi istilah wahyu adalah nama sesuatu yang disampaikan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabiNya, atau dengan cara mengutus sebagaimana dipergunakan juga untuk lafal Al-Qur’an dengan mengutus Jibril. Manna’ Khalil Al-Qattan mengatakan bahwa, pengertian Al-Wahyu secara syara’ adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada seorang Nabi.
Muhammad Abduh mendifinisikan wahyu di dalam kitab Risalatut Tauhid sebagai, “Pengetahuan yang didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan melalui perantara ataupun tidak; yang pertama melalui suara yang terjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali. Beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui darimana datangnya. Hal seperti ini serupa dengan perasaan lapar, haus, sedih dan senang”.
Untuk memudahkan pemahaman perbedaan antara wahyu dan yang bukan wahyu, dapatlah disebutkan unsur-unsur yang merupakan ciri khas dari wahyu, yaitu :
1.Wahyu merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada orang yang diangkat sebagai Nabi/RasulNya secara sah.
2. Di antara wahyu, ada yang disampaikan oleh Allah melalui Malaikat Jibril alaihissalam.
3. Wahyu turun tidak didahului dengan ikhtiar manusiawi untuk mendapatkannya.  Apabila ketiga ciri ini tidak dapat dipenuhi maka hal tersebut dapat dipastikan bahwa hal itu bukanlah wahyu.


D.  Cara Wahyu Turun Kepada Malaikat
Al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Buruj (85) : 21-22 disebutkan bahwa Al-Qur’an itu sebelum dibawa oleh Malikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, ia tersimpan dengan rapi di Lauh Mahfuzh. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana Al-Qur’an itu turun dari Lauh Mahfuzh melalui Jibril as. Mengenai hal ini dapat dibagi kepada tiga hal, sebagai berikut :
1.        Al-Qur’an turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian secara berangsur-angsur oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun atau 25 tahun atau 20 tahun. Perbedaan masa lamanya ini timbul bersumber dari penetapan berapa lamanya Nabi bermukim di Makkah setelah diangkat jadi Rasul.
2.        Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfizh ke langit dunia setiap malam Qadar, kemudian secara berangsur-angsur diturunkan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW selama kurun waktu 20 tahun atau 23 tahun dan atau 25 tahun.
3.        Al-Qur’an turun ke langit dunia sekaligus, sedangkan turunnya kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur dalam kurun waktu tersebut di atas.
Yang menjadi persoalan lagi adalah bagaimana Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah itu turun kepada Malaikat Jibril. Dalam hal ini para ulama juga berbeda pendapat yang terbagi kepada tiga hal sebagai berikut :
1. Bahwa Jibril menerimanya secara pendengaran dari Allah dengan Lafalnya yang khusus.
2.  Bahwa Jibril menghafalnya dari Lauh Mahfuzh.
3. Bahwa maknanya disampaikan kepada Jibril, sedangkan lafalnya adalah lafal Jibril, atau lafal Muhammad SAW.
Adapun hikmah dari diturunkannya Al-Qur’an sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia dan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut :
1. Dalam rangka untuk mengagungkan persoalan turunnya wahyu itu kelak kepada ummat manusia. Dengan turunnya sekaligus agar secara serentak para penghuni langit yang tujuh itu mengetahuinya dan saebagai peringatan bahwa Al-Qur’an itulah kelak yang merupakan kitab suci terakhir yang turunnya kepada manusia dari Allah SWT. Sedangkan turunnya secara berangsur-angsur, adalah dalam rangka menghormati kedudukan Rasulullah SAW dan untuk membedakan nilainya dengan kitab-kitab suci yang turun sebelumnya.
2.Diturunkannya secara berangsur-angsur agar Rasulullah dapat memahami dan memantapkan pengertiannya dalam hati beliau.
3.  Untuk menjawab persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat sehingga sesuai dengan kondisi dan situasi serta kebutuhan masyarakat, sebab untuk apa Al-Qur’an diturunkan padahal isinya belum sesuai dengan kebutuhan.
E.  Cara Wahyu Turun Kepada Nabi
Adapun cara wahyu turun kepada Nabi Muhammad SAW berbeda-beda dan berbagai cara. Manna’ Khalil Al-Qattan dalam bukunya “Mabahits Fi Ulumil Qur’an” menyatakan bawa cara turunya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, adalah sebagai berikut :
1.      Melalui Jibril, malaikat pembawa wahyu dan hal ini berbagai macam cara sebagai berikut:
a.   Datang kepadanya suara seperti dentingan lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat bagi Rasul.
b.  Malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara ini lebih ringan daripada cara sebelumnya.
c.   Malaikat mengilhamkan sesuatu kepada Nabi, Cara ini hampir sama dengan yang pertama dan yang kedua di atas.
d.  Bahwa Malaikat menjelmakan dirinya kepada Rasul dalam bentuk yang asli.
2. Tanpa melalui perantara, di antaranya ialah mimpi yang benar dalam tidur atau Allah SWT langsung berbicara kepada Nabi seperti waktu Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra’ Mi’raj.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Al-Qur’an adalah merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada NabiNya Muhammad SAW yang tidak perlu diragukan kebenarannya. Al-Qur’an adalah merupakan sebuah nama yang diberikan terhadap kitab Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW..Al-Qur’an sebagai wahyu Allah turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia dan dari langit dunia turun secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW.
wahyu adalah isyarat, bisikan, instink, ilham dari Allah terhadap hamba yang telah dipilihnya yang disebut sebagai nabi dengan berbagai cara.

B. Saran
          Setelah kita mengetahui sekilas tentang definisi Al-Qur’an dan wahyu.Hendaknya kita memahami dan bisa membedakan Wahyu dan yang bukan Wahyu.dan kita juga bisa memahami tentang sebab di turunkannya wahyu tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

As-Sholih, Subhi, Dr. 1999. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta : Pustaka Pirdaus.
Ash-Shobuny, Muhammad Aly. 1984.  Pengantar Study Al-Qur’an (At-Tibyan). Jakarta : PT. Al-Ma’arif.
Q. Shaleh, K. H.  1999. Asbabun Nuzul. Bandung : CV. Diponegoro.
Marzuki Kamaluddin, Ulumul Quran, Bandung 1994: PT Remaja Rosda Karya, . Khallaf Abd. Al Wahab, Ilmu Ushul fiqih, Semarang : Dina Utama,1994.
Kad Muhammad ali Ash-Shabuuny, Studi Ilmu Al-Quran, Bandung : CV Pustaka Setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar